BABALAN LOR, BOJONG – Kampung Tahu di Pekalongan terpuruk, bahan kedelai makin mahal dan tak terjangkau untuk pengusaha UMKM ini, puluhan pengusaha tahu rumahan terpaksa berhenti produksi karena tak ada modal. Sebagian yang berusaha bertahan, terpaksa mengurangi ukuran lebih kecil namun penjualan jadi berkurang. Wisata Tahu juga tak ada lagi, sehingga warga tak ada penghasilan tambahan.
Kampung Tahu di Desa Babalan Lor Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan sebelumnya hampir semua warganya membuat tahu, namun kini kondisinya tinggal beberapa warga yang masih bertahan memproduksi makanan favorit masyarakat Indinesia ini.
Semenjak harga kedelai meroket sampai menyentuh antara Rp 9 ribu – Rp 10 ribu, 60 persen lebih pengusaha UMKM ini terpaksa menghentikan produksinya, harga tahu dipasaran sulit dinaikan karena akan mempengaruhi penjualan.
Beberapa pembuat tahu rumahan yang berusaha bertahan, terpaksa mengurangi produki, yang biasanya habis dua kuintal, sekarang hanya satu kuintal saja. Ukuran tahu juga diperkecil, jika biasanya satu kotak dibagi delapan irisan sekarang dibagi sembilan irisan, harga dipasaran masih tetap berkisar Rp 200- 500 perbuahnya, tergantung besar kecilnya.
Selain usaha tahu, kampung ini juga mengandalkan wisata kampung tahu dengan belajar membuat tahu dan menikmati keindahan Desa ini. Namun, kondisi pandemi membuat kunjungan wisatawan sangat minim sehingg tambahan penghasila juga tak ada lagi.
Mereka berharap agar Pemerintah segera bisa mengatasi kelangkaan dan mahalnya harga bahan baku tahu juga tempe ini, agar usaha kecil rakyat ini tak gulung tikar dan ekonomi mereka semakin terpuruk.(4son-6us)